*
Terpana aku pada setuhan keramatmu
Menherit aku menafsir memori silamu
Dulu ku ragu apa terbungkam di benakmu
Kini ku tahu apa yang terbuku di hatimu
Suruh gedarku pada usapanmu
Untuk pun takut pada ketegasan dirimu
Terpasak semangat pada keyakinan dekatmu
Keakuran ku pada tunjuk dan titap arahanmu
Oh ayah
Tak pernah ku lupa
Yang ku tanya
Kemana tumpahnya keringatmu
Oh ayah
Tak pernah ku hitung
Berapa banyak kerutan di dahimu
Yang ku tanya
Kemana tumpahnya keringatmu
Hanyalah kemahuan hatiku
Yang sedaya ayah sanakan
Kau pendorong bukanlah pendesa
Apalagi memaksa diriku
Aku terlorong bukan terdesa
Apalagi rasa tertera
Letari kasihmu
Tanpa batasan
Sempadan waktu yang memisahkan
Abadi hingga ke hujung kutia
Akhiran masa
Sentuhanmu amat bermakna
Oh ayah
Tak pernah ku tanya
Kemana tumpahnya keringatmu
Oh ayah
Tak pernah ku hitung
Berapa banyak kerutan di dahimu
Yang ku minta, hanyalah kemahuan hatiku
Yang sedaya ayah laksanakan
Kau pendurung bukan pembesar, apalagi memaksa diriku
Aku telurung bukan terdesak, apalagi rasa terderam
Tak terkuis dugaan menduga, apalagi takdir yang menerpa
Aku mengharap bukan menenang, apalagi cuba menupang
Desari kasihmu tanpa batasan, sempadan waktu yang menang
Memisahkan abadi hingga ke hujung usia akhiran matah
Sentuhanmu, amat bermakna
* kerana menonton!